Jumat, 14 Mei 2010



BAB I PENDAHULUAN


Dewasa ini banyak ditemukan keberhasilan belajar mengajar secara kualita

tif rata-rata menurun dari tahun ke tahun, dalam mata pelajaran Olah Raga missal

nya, hal ini bila kita telaah , banyak factor penentu keberhasilkan belum terpenuhi

secara maksimal dan selalu terabaikan dalam pelaksnaan kegiatan belajar mengajar

sehingga kemampuan belajar siswa hasilnya selalu rendah.

Penentuan keberhasilan belajar siswa khususnya mata pelajaran Olah Raga di

diantaranya, factor guru dalam melaksankan kegiatan belajar mengajar, ketersediaan

sarana dan prasarana pembelajaran, factor siswa, metode, alat pelajaran dan factor

pembiasaan tuturkata yang baik ,sehingga siswa lebih kreatif dan inovatif dalam mengi

kuti proses pembelajaran.

Bila penentu keberhasilan belajar siswa terabaikan terus menerus, tidak cepat di

atasi, maka akan mengakibatkan ancaman bagi citra lembaga dan berdampak menurun

nya tingkat kepercayaan masarakat terhadap lembaga tersebut, selain dampak meng

ganggu proses perkembamngan sekolah , kinerja sekolah, juga menyulitkan lembga

dalam mencapai prestasi siswa dalam dunia kompetisi, misalnya, oosn, lomba pretasi

siswa, oloimpiade dan ajang kompotisi yang sifatnya kesiswaan. Selain itu menyulit

kan siswa dalam memasuki dunia pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam mewujudkan keberhasilan siswa. Pe

merintah telah berusaha melalui berbagai kegiatan bermutu ,antara lain : 1.Adanya Ke-

lompok Kerja Kepala Sekolah Bermutu, 2.Kelompok Kerja Guru Bermutu, 3.Seminar

1.

bertarap Nasional, 4. Lokakarya, 5.Diklat, 6.Penataran. Selain itu pemerintah menurun

berbagai kebijakan diantaranya : 1.Bantuan Oprasional Sekolah (BOS), 2. Perbaikan

system Kurikulum , 3.Undang –Undang Pendidikan dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

ecara praktis , banyak dilakukan pemerintah , namun mutu lulusaan tetap rendah ter

utama bidang Olah raga, bakat-bakat siswa belum maksimal tersalurkan. Sehingga

muncul pertanyaan, Mengapa bakat siswa bidang olah raga belum maksimal tersalur

kan sehingga hasilnya tetap rendah ?

Ada tiga factor yang dapat menjawab mengapa mutu lulusan rendah dan bakat sis

swa belum maksimal tersalurkan.

1. Sarana dan prasarana oleh raga perlu dilengkapi, karena sarana dan prasarana pendi

dikan merupakan salah satu sumber daya yang penting dan utama dalam menun

jang proses pemebelajaran di sekolah.

2. prasaran ruang kelas perlu adanya renovasi dan pembangunan ruang perpustakaan

3. Terwujudnya keamana,ketertiban dan keindahan (K3) di lingkungan sekolah.

Pemerintah melaui peraturan No 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidik

kan yang menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional pada

Bab VII Pasal 42 dengan tegas disebutkan bahwa (1).Setiap satuan pendidikan wajib

memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan ,median pendidikan ,buku

dan sumber belajar lainnya., barang habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlu

kan untuk menunjang proses pemebelajaran yang teratur dan berkelanjutan. (2).Setiap

satuan pendidikan wajib memiliki prasaran yang meliputi lahan, ruang kelas,ruang pim

pinan satuan pendidikan , ruang pendidik, ruang tatausaha, ruang perpustakaan, ruang

2.

laboratium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instansi daya dan

jasa,tempat berolahraga, tempat beribadah,tempat bermain,tempat rekreasi,tempat lain

yang diperlukan untuk menunjang proeses pembelajaran yang teratur dan berkelanjut

an( Manaje sarana dan prasaran pendidikan persekolahan berbasis sekolah, direkto

rat tenaga kependidikan 2007 .

Dari pemaparan diatas dapat digaris bawahi bahwa kegiatan lembaga dalam proses

pemebelajaran perlu adanya perubahan,perlu adanya inovasi baik sarana maupun prasa

rana perencaan, strategi maupun manajemen kepemimpinan. Disamping itu perlu adan

nya komunikasi dengan pemangku kepentingan sekolah, personal sekolah tetang perlu

nya inovasi pada lembaga untuk meningkatkan mutu dan tersalurkannya bakat siswa.

Komunikasi dalam difusi inovasi diartikan sebagai proses pertukaran informasi

antara anggota system social, sehingga terjadi saling pengertian antara satu dengan

yang lain. Difusi adalah salah satu tipe komunikasi yang menggunakan hal baru seba

gai bahan informasi. Inti dan pengertian difusi ialah terjadinya komunikasi (pertukar

an informasi ) tentang sesuatu hal yang baru (inovasi). ( Suherli,2010 : 71).

Pernyataan di atas memberikan arahan bahwa untuk mewujudkan sesuatu yang

baru memerlukan komunikasi, pertukaran informasi tentang pemecahan masalah yang

menuju pada perubahan suatu lembaga kearah yang lebih baik, baru yang lembga ingin

kan. Dalam lembaga pendidikan persekolah khusunya, terdiri atas kepala sekolah dan

dan para stap, sedangkan diluar sekolah yang menerima jasa sekolah adalah para

Orang tua yang diwakili komite sekolah. Jadi komunikasi yang perlu diwujdkan untuk

memunculkan inovasi pada lembaga melalui komunikasi antara para stap lembaga dan

para orang tua melalui suatu lembaga independent yakni komite sekolah,atau bisa me
3.



lalui individu individu yang mempunyai kepedulian terhadap pendidikan.

Kegiatan komunikasi dalam proses difusi mencakup mencakup hal-hal sebagai

berikut : (1). suatu inovasi, ( 2) individu atau kelompok yang telah mengetahui dan ber

pengalaman dengan inovasi, (3) individu atau kelompok yang lain yang belum menge

nal inovasi, (4) saluaran komunikasi yang menggabungkan antara kedua belah pihak

tersebut.( suherli,2010 ; 71)

Berdasakan pedapat tersebut saluran komunikasi yang digunakan dalam pemapa

ran makalah ini menitik beratkan pada menggunakan kegiatan komunikasi invidu atau

kelompok yang lain yang belum mengenal inovasi, karena penulis mencoba memapar

difusi inovasi dalam dunia pendidikan di SDN 3 Sadewta kecamatan Lumbung yang

keberadaan lingkungan masyarakatnya yang serba heterogen terhadap dunia pendidik

an dalam segi pemahaman dan aplikasinya.

Kepala sekolah ,guru dan masyarakat merupakan pelaku utama dan terdepan pe-

nyelenggaraan pendidikan di sekolah. Segala keputusan mengenai penanganan perso

alan pendidikan mikro harus dihasilkan dari interaksi ketiga pihak tersebut( panduan

Komite sekolah 2003 : 16).

Proses difusi adalah proses penerimaan dan pengembangan program inovasi . Jika

Inovasi itu dikembangkan di sekolah maka proses difusi itu akan mengikutsertakan ke

pala sekolah, guru-guru,pegawai kependidikan ,stap administrasi,pelaku sekolah , dan

siswa sebagai warga sekolah dengan dunia luar seperti komite sekolah , orang tua sis


4.


wa dan dinas atau lembaga tertentu yang mencintai dunia pendidikan ( Suherli, 2010;

68 ).



Bertolak dari pernyataan di atas maka SDN 3 Sadewata akan menjawab perta

nyaan rendahnya lulusan matapelajaran olah raga karean factor ketersediaan sarana

prasana, serta peningkatan mutu proses pembelajaran. Hal ini menyangkut ketersedian

saran olah raga, ruang kelas, lingkungan sekolah, dan keberadaan ruangan perpustaka

an. Untuk mengatasi hal ini melibatkan peran kepala sekolah, guru-guru , siswa serta

orang tua siswa melalui komite sekolah.

Proses defusi yang dilakukan melalui komunikasi antara para guru kelas dan guru

guru bidang studi olah raga dalam tataran diskusi mengenai mutu lulusan, pengusulan

pembangunan renofasi gedung , pembangunan sarana olah raga volli bal, bulutangkis,

dan pembenahan kirmir halaman dalam rangka kenyamanan lingkungan halaman, serta

usulan pembangunan ruang perpustakaan. Hasil diskusi dan komunikasi dijadikan ba-

han diskusi bersama orang tua siswa melalui perwakilan komite sekolah. Selain itu di

bahas pula jalur komunikasi informasi yang akan digunakan untuk menyapaikan prog-

ram inovasi yang akan dimunculkan di SDN 3 Sadewata dalam kurun waktu tertentu.










5.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Inovasi.


Menurut Prof.Suherli dalam bukunya “Manajemen Inovasi Pendidikan”(2010)

secara umum dapat dinyatakan bahwa inovasi merupakan sebuah pemikiran ,praktek,atau

obyek yang dianggap sesuatu yang baru yang dianggap mampu mengatasi permasalahan

yang sedang dihadapi. Untuk mendapatkan program inovasi tersebut dapat diperoleh

yang dianggap mampu mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi. Untuk mendapat

program inovasi tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan proses adopsi. Berkaitan

dengan perubahan dinyatakan oleh Amanda(2001 :1) bahwa : “change may be described

as the adoption of an innovation” Artinya : perubahan mungkin digambarkan sebagai

adopsi inovasi( Suherli,2010 : 1)

Inovasi atau innovation berasal dari kata to innovate yang mempunyai arti membu

at perubahan atau memperkenalkan sesuatu yang baru. Inovasi kadang pula diartikan se

bagai penemuan ,namun bebeda maknanya dengan penemuan dalam arti disconery atau

Invention(invensi). Inovasi adalah memperkenalkan ide baru ,barang baru dan cara-cara

yang lebih bermanfaat.

Menurut pemikiran Everett M.Roges(1983) dalam buku Manajemen Inovasi Pen

didikan(Suherli,2010:5) bahwa terdapat 5(lima) karakteristik inovasi yaitu : (1) memiliki

keunggulan relative,(2) ketersesuaian untuk digunakan , (3) tidak begitu rumit, (4) dapat

dicoba, (5) dapat diamati.

Pihak-pihak utama yang perlu diperhatiakan dalam inovasi pendidikan adalah :

guru,siswa,kurikulum dan fasilitas dan program atau tujuan.
6.

2.2 Pengertian Inovasi Pendidikan

Inovasi pendidikan adalah inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan . Inova

si pendidikan adalah suatu ide , barang, metode yang dirasakan atau diamati sebagai hal

yang baru bagi sesorang atau kelompok orang baik yang digunakan untuk mencapai tuju

an pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan ( Suherli,2010 :11).

Dari pendapat tersebut bahwa inovasi pendidikan dapat diartikan suatu metode,

ide,yang digunakan untuk mencapai tujuan atau memecahkan masalah pendidikan.

Pendidikan adalah suatu system ,maka inovasi pendidikan mencakup hal hal yang

berhubungan dengan komponen system pendidikan , baik system dalam arti sekolah , per

guruan tinggi atau lembaga pendidik yang lain. Seiring dengan perkembangan yang sang

at pesat ,ternyata dalam pendidikan pun telah mengalami inovasi yang sangat banyak,di

antaranya :

1) Inovasi fasilitas fisik, 2) Perumusan tujuan, 3) Prosedur Sistem pendidikan tentu

mempunyai prosedur untuk mencapai tujuan.

Iovasi harus berlangsung di sekolah guna memperoleh hasil yang terbaik dalam

mendidik siswa, guru merupakan ujung tombak keberhan dalam pendidikan. Maka guru

harus mampu menjadi seorang yang inovator , guna menemukan teknik,strategi dan meto

de yang tepat untuk mendidik. Inovasinyang dilakukan guru pada intinya dilakukan da

lam tatanan pembelajaran yang dilakukan di kelas. Kunci utama yang harus dipegang

oleh guru adalah setiap proses atau produk inovasi yang dilakukan dan dihasilkannya ha

rus kepada kepentingan siswa.

Jika guru ingin menumbuhkan inovasi disekolahnya dimana dia bekerja maka ha

7.

run mengacu dan mengutamakan pada kepentingan siswa . Hasil lulusan siswa yang ma

sih rendah maka program inovasi yang harus mewujudkan ningkatnya hasil lulusan yang

lebih tinggi, siswa harus ada peningkatan ,itulah invasi yang mengutamakan kepentingan

siswa.


2.3 Sumber Terjadinya Inovasi

Sumber munculnya inovasi dinyatakan oleh Drucker dalam Sudarwan Darmin da

lam Suherli (2010 : 59) mengemukakan beberapa sumber terjadinya perubahan adalah:

The unexpected(kondisi yang tidak diharapakan), The incongruity(Munculnya ketidak

wajaran), Innovation based on process need(Kebutuhan yang muncul dalam proses) Cha

nges in industry structure or market structure(Perubahan dalam industri pasar) ,Demog-

raphics(Kondisi Demografis), changes in perception ,mood and meaning(Perubahan per

sepsi, suasana dan makna), dan New Knowledge(Pengetahuan baru).

Penjelasan masing-masing beserta contoh –contoh di lingkungan sekolah adalah sebagai

berikut :

a. The unexpected( Kondisi yang tidak diharapakan)

Di dalam lingkungan sekolah banyak sekali kondisi yang tidak diharapakan ba

nyak pihak, misalnya mahalnya biaya tambahan di sekolah tersebut,layanan se

kolah yang kurang optimal, kemampuan guru yang rendah,tingkat kualifikasi guru

yang kurang memenuhi syarat,kondisi kultur yang tidak kondusif.

kondisi semacam ini biasanya menyebabkan orang menjadi berontak untuk meng

hindari atau memperbaiki kondisi . Sehingga secara logis inovasi yang muncul

dapat diharapkan di sini.
8.

b. The Incongruity( Munculnya ketidak wajaran)

Kondisi-kondisi yang tidak wajar / menyimpang semacam penerimaan siswa baru

yang melibatkan banyak oknum lain di luar system ikut camput tangan ,penjurus

an program yang dipaksakan ,kelulusan yang direkayasa dan sebagainya, juga me

rupakan beban bagi pengelola sekolah , terutama bagi mereka yang masih me

nyimpan idealisme tinggi. Kondisi semacam ini jelas ingin ditiadakan,sehingga

mereka yang mau berfikir memikirkan bagaimana cara agar penerimaan siswa

baru memiliki system yang aman, program penjurusan yang disadari oleh orang

tua maupun siswa , system pengujian yang wajar dan sebagainya akan dapat me

munculkan inovasi.

c. Innovation based on process need( Kebutuhan yang muncul dalam proses)

Dalam proses pengelolaan sekolah kadang- kadang terlintas ide baru yang datang

tiba-tiba . Ide ini sebaiknya segera dikomunikasikan dengan yang lain . Interaksi

ini akan menghasilkan gagasan –gagasan baru milik bersama , sehingga walaupun

tidak dilaksanakan sejak awal namun inovasi dapat muncul di tengah jalan.

d. Changes inovasi industry structure or market structure( Perubahan dalam struktur

Industri pasar)

Perubahan struktur dalam industry pasar sering mendorong kepela sekolah atau pe

ngelola sekolah untuk mengambil tindakan inovasi . Mengingat konsep manaje

men berbasis sekolah sebenarnya kepala sekolaah sangat leluasa untuk mengem

bangkan inovasi di sekolahnya.



9.
e. Demographies ( Kondidsi demografis)

Kondisi alam lingkungan yang berbeda-beda tentu saja akan membedakan keputus

an inovasi. Demikian pula pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana akan berbe

da pula . Sekolah-sekolah yang berada di perkotaan misalnya , upaya inovasi suasa-

na pembelajaran akan nampak lebih dinamis dan beragam. Dukungan infrastruktur

dan jaringan komunikasi sangat memberikan pengaruh percepatan program inovasi.

Akan tetapi di daerah –daerah yang jauh dari fasilitas, suasana pembaharuan sangat

sulit untuk muncul . Misalnya factor siswa yang lebih mementingkan membantu

orang tua ,kehdiran guru pun kurang dari yang seharusnya.

f. Changes in perception mood and meaning ( perubahan persepsi,suasana dan mak

na)

Saat ini secara umum penerimaan masyarakat terhadap informasi dari berbagai

media masa cukup responsive. Dengan adanya informasi yang beragam mendo-

rong sebagian orang tua atau kelompok orang tua untuk melakukan sesuatu yang

baru agar tidak ketinggalan.

g. New Knowledge ( Pengetahuan baru)

Usaha-usaha yang dilakukan berbagai pihak , baik individu lembagaswadaya masya

rakat atau pemerintah , baik derah propinsi maupun pusat dalam rangka meningkat

kan keterampilan dan pengetahuan , semacam seminar, lokakrya,penataran,woskop

dan sebagainya selalu mendatangkan hal baru, dari kegiatan itu banyak sekali hal

baru yang didapat, motivasi-motivasi keharusan menyapaikan apa yang didapat men

dorong orang untuk mau melakukan inovasi berdasarkan apa yang didapat.

10.


Dari pernyataan dan contoh-contoh tersebut maka sumber inovasi ada dalam per

ubahan lingkungan , dan dapat mewarnai terjadinya suatu inovasi dimana lembaga itu

berada.


2.4 Pengaruh Inovasi

Ada empat hal yang mempengaruhi inovasi (Suherli, 2010 : 61) yaitu ;

(1) Efesiensi , (2) Kebermanfaatan, (3) Keterlibatan dan (4) Kebergunaan.

Program inovasi yang dirancang sebisa mungkin dapat dilaksanakan sesuai de

ngan kurun waktu yang telah disediakan. Inovasi harus memperhitungkan factor manfa

at yang diperoleh . Program inovasi melibatkan banyak pihak ,yakni penerima dan peng

guna, hal ini perlu upaya-upaya sosialisasi dan difusi inovasi kepada calon penerima atau

pengguna. Program inovasi yang dibuat harus berguana baik bagi penyusun maupun bagi

pengguna inovasi tersebut.

Dalam dunia pendidikan program inovasi kegiatannya terletak pada kegiatan bela-

jar mengajar di kelas, namun kegiatan yang ber hubungan dengan lingkungan dan peng-

guna jasa pendidikanpun perlu dilakukan terutama di daerah-daerah.


2.5 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi percepatan Inovasi

Dari hasil dugaan ,penyimpulan,pemikiran dan pengamatan di lapangan maka fak

tor-faktor yang dapat mempengaruhi percepatan inovasi dilihat dari internal dan ekster-

nal ( Suherli,2010 : 66) .

a. Faktor Internal

1) Motivasi diri, seperti ingin maju , ingin berkembang,ingin mencoba,ingin

11.

dipuji,ingin bersaing.

2) Komitmen, janji bersama dan tanggung jawab bersama terhadap percepat

an proses inovasi.

3) Tersedia sumber daya manusia(SDM) terdapat manusia yang baik,kelom

pok ini akan membawa dampak yang positif, mau membujuk pihak-pihak

yang masih ragu terhadap program inovasi.

4) Melanjutkan konsep, artinya konsep inovasi yang lalu belum optimal ,ma

ka konsep yang sudah ada perlu pengoptimalkan.

5) Kepala Sekolah, hal ini kepala sekolah harus mampu menciptakan gaya ke

pemimpinan membina bawahananya, kepala sekolah yang inovator harus

mampu mencari,menemukan, dan melaksanakan berbagai pembaharuan

di sekolah.

b. Faktor Ekternal

1)Fujian,Reward atau penghargaan , ini diberikan kepada individu atau klompok

yang sukses melakukan inovasi. Pemberian reward ini merupaka pengakuan,

penghargaan terhadap prestasi yang telah diraih.

2) Adanya peraturan ,adanya intruksi. Hal ini berkaitan dengan strategi paksaan

terhadap klien untuk mencapai tujuan perubahan .

3) Tersedianya dana,baik itu dana yang berasal dari komite, blockgrad, mupun bantu

an langsung dari pemerintah pusat. Hal ini inovasi akan cepat terwujud karean

Inovasi berbanding lurus dengan biaya.

4) Peran Komite Sekolah, peran komite yang nyata yang mampu menggali dana da

12.

lam mempercepat proses inovasi.

2.6 Pengertian Mutu Pendidikan

Pengertian mutu pendidikan yang diambil dari buku “Manajemen Peningkatan

Mutu Berbasis Sekolah” (Buku 1 Konsep dan Pelaksanaan ) terbitan Depdiknas tahun

2001 disebutkan secara umum mutu pendidikan gamabagaran karakteristik menyeluruh

dari barang dan jasa menunjukan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang di

harapakan atau tersirat dalam konteks pendidikan , yang mencakup input,proses,output.

Input merupakan segala sesuatu yang harus ditempuh untuk berlangsungsungnya proses

Berupa sumberdaya dan perangkat lunak serta harapan-harapan berlengsungnya proses.

Proses pendidikan merupakan proses program pengambilan keputusan , proses pengelola

an kelembagaan, proses pengelolaan program ,proses belajar mengajar, monitoring eva

luasi . Output pendidikan merupakan hasil kinerja atau prestasi sekolah yang dapat diu

kur kualitasnya , efektivitas, efesiensi dan inovasi dan kualitas kehidupan kerja dan mo

ral kerja.

Simpulan dari mutu pendidikan merupakan suatu keadaan dimana pendidikan

dapat memenuhi kebutuhan dan harapan para pelanggan , suatu pendidikan yang mampu

memberikan layanan atau jasa sesuai atau melebihi harapan dan kepuasan para pelanggan

baik internal maupun eksternal.

Bila mutu pendidikan dikaitkan dengan inovasi pendidikan maka sangat erat hu-

bungannya, karena yang dituju oleh inovasi adalah mutu pendidikan yang lebih tinggi

dari mutu pendidikan yang telah ada. Proses inovasi baik pembelajaran,maupun sarana

pembelajaran menuju pada mutu pembelajaran dan sarana prasaran yang tinggi.

13.

2.7 Perkembangan Manajemen Mutu

Tahap-tahap perkembangan fungsi kualitas menurut Ariani (2003: 18) adalah se

Sebagai berikut :

a. Infeksi(Infektion) konsep kualitas moderen dimulai pada tahun 1920 an kelompok

Mutu yang utama adalah bagian infeksi. Selama kegiatan berlangsung para inspek

tor mengevaluasi jalanya kegiatan berdasarkan spesifikasi dan standar yang telah

ditetapkan.

b. Pengendalian mut (quality Control) pada tahun 1940-an kelompok infeksi ber

kembang menjadi bagian pengendali mutu . Tanggung jawab mutu dialihkan ke

pada quality control independent. Para pemeriksa mutu dibekali dengan keahlian

statistic.

c. Penjaminan mutu(quality assurance) pengendalian mutu berkembang menjadi pen

jaminan mutu . Bagian penjaminan mutu difokuskan untuk memastikan proses

dan untuk hasil melalui pelaksanaan audit operasi,pelatihan. analisis kerja dan pe-

tunjuk oprasional untuk peningkatan mutu.

d. Manajemen mutu (quality management) penjaminan mutu bekerja berdasarkan

status quo sehingga upaya yang dilakukan hanyalah memastikan pengendalian

mutu, tetapi sangat sedikit pengaruh untuk meningkatkannya. Oleh karena itu un

tuk mengantisipasi kompetensi aspek kualitas perlu selalu dievaluasi dan diren

canakan perbaikannya melalui penerapan fungsi-fungsi manajemen mutu.

e. Manajemen kualitas terpadu(TQM) dalam perkembangannya bukan hanya fungsi

hasil yang mempengaruhimkepuasan stokeholders terhadap mutu. Dalam lini

14.

tanggung jawab terhadap mutu tidak hanya dibebankan kepada suatu bagian ter-

tentu , melainkan menjadi tanggungjawab bersama pada satuan pendidikan/seko

lah. Pola inilah yang disebut Total Quality Management yang berkembang sejak

tahun 1985. Sebenarnya perkembangan konsep kualitas mutu terpadu sudah dimu

lai sejak tahun 1980-an oleh Frederick Taylor yang dikenal dengan sebutan ;

Father fscientific management.

f. Organisasi belajar (learning organization) organisasi belajar ini merupakan kelan-

jutan dari filisofi total quality.

g. Word Class Organitation , konsep ini berkembang mulai abad ke-20 dimana tek-

nologi informasi dan komunikasi sudah dikenal luas, semua orang dapat di akses

kemana-mana tanpa pengeluarkan biaya yang berarti.


2.8 Pengertian Proses Difusi

Proses difusi adalah proses penerimaan dan pengemabangan program inovasi. Ji-
ka inovasi itu dikembangkan di sekolah maka proses difusi itu akan mengikutserta-
kan kepala sekolah,guru-guru,pegawai kependidikan ,staf administrasi,pelaksana se-
kolah ,dan siswa sebagai warga sekolah dengan dunia luar seperti komite sekolah,
orang tua siswa,dan dinas atau lembaga tertentu yang mencintai dunia pendidikan
(Suherli,2010 : 68).

Dari pendapat di atas maka proses difusi yang dilakukan di lembaga pendidikan

khusunya SDN 3 Sadewata tentang tersalurkan bakat siswa khususnya bidang olah

raga,mutu pendidikan meningkat dari tahun ketahun,tumbuhnya suasana belajar yang

harmonis dan menyenangkan, serta terciptanya keindahan, ketertiban dan keamanan

dilikungan sekolah. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan ada kebersamaan

gerak, mulai visi,misi ,tujuan agar perubahan di lingkungan sekolah terwujud.

15.

Program inovasi harus di komunikasikan anatara setap disekolah tersebut, para se-

stap harus benar-benar mengerti, menyadari terhadap rencana inovasi tersebut,disam-

ping itu harus menyadari pula terhadap peraksanaan inovasi, mau memberi contoh

baik sesame rekan,maupun siswa. Hal ini tidak lepas pula dari handalnya manajemen

kepemimpinan kepala sekolah, kepala sekolahlah yang harus berda dibarisan paling

depan dalam mewujudkan inovasi tersebut.

Komite sekolah merupakan wakil dari orang tua siswa merupakan factor pengge-

rak, pemeberi informasi terhadap orang tua siswa tentang rencana-rencana sekolah

termasuk rencana inovasi yang menjadi program sekolah. Dalam hal ini kesadaran

orang tuan perlu disentuh melalui cara-cara yang sehat, antara lain sosialisasi terjad

wal sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat/orang tua siswa pada saat itu. Pe-

ngertian program inovasi harus merupakan prioritas utama dalam sosialisai bersama

orang tua siswa, hal ini tentunya difasilitasi oleh komite sekolah. Sehingga benar

orang tua siswa itu mengerti dan tertarik akan program inovasi yang akan diluncur-

di lembaga kita.

Selain itu para simpatisan pendidikan, alumni sekolah tersebut perlu diajak bicara

tentang program inovasi yang akan diwujudkan dilembaga kita. Sehingga mereka me

reka mengerti dan paham terhadap program inovasi kita , karena dengan ketidak me-

ngertian itulah yang menjdikan tidak sismpati terhadap kita bahkan akan menjdi anti

pati terhadap program kita jika memang tidak mengerti. Hal ini diakibatkan kurangnya

sosialisasi dan komunikasi diantara mereka.

Pihak pemerintah , intansi terkait merupakan agen pelayan dalam pendidikan, na

16.

mun bila tidak mengetahui program inovasi kita , maka tidak akan berpaling, apalagi

membantu pada program inovasi kita, karena memang tidak mengetahui dan tidak ada

informasi, apalagi komunikasi tentang program kita. Maka disilah perlunya proses

difusi dilakukan, demi terwujudnya suatu inovasi.


2.9 Komunikasi Dalam inovasi.

Inti dari pengertian Difusi ialah terjadinya komunikasi (pertukaran informasi) ten-
tang sesuatu yang baru (inovasi) . Kegiatan komunikasi dalam proses difusi men-
cakup hal-hal sebagai berikut (1) suatu inovasi ,(2) individu atau kelompok yang mengetahui dan berpengalaman inovasi, (3) individu atau kelompok yang belum
mengetahui inovasi, (4) saluran komunikasi yang menggabungkan atara kedua pihak tersebut.( Suherli,2010: 71)

Dari pernyataan di atas penulis mengaplikasikan bahwa pelaksanaan program ino

vasi yang direncana di lembaga kami , menyangkut kegiatan komunikasi mencakup

individu,karena ada simpatisan pendidik bisa juga disebut pakar pendidik yang selalu

peduli terhadap kemajuan pendidikan dilembaga kita terutama pada perubahan baru

dengan syarat diraih,diminta saran,diminta bantuan dalam arti diajak komunikasi. Ke

lompok yang mengetahui/ individu yang mengetahui dan berpengalaman inovasi sela

mendukung terhadap peluncuran program inovasi, hanya selalu memerlukan informa

si terlebih dahulu. Individu atau kelompok yang belum mengetahui dan berpengalam

an selalu mengikuti kalau sudah menerima socialisasi ,komunikasi dari pihak inovasi

dan mengerti betul hal ini memerlukan sosialisai yang agak lama. Saluran komunika-

si kedua belah pihak yakni pihak mengerti dan pihak belum mengerti , ini agak berat

sebab memerlukan situasi dan kondisi kelompok ini, jika kurang memehatikan hal itu

akan menimbulkan patal bahkan menjadikan propokasi ini karena situasi dan kondisi

17.

pelaksanaan sosialisasi,komunikasi tidak diperhitungkan.


2.10 Perana Guru Dalam Program Inovasi

Dalam dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru merupakan salah satu
factor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses bela
jar mengajar ,baik di jalur pendidikan formal maupun informal. ( Suherli,2010: 74).

Dari pernyataan di atas penulis berpendapat bahwa guru mempunyai tugas utama

dalam pelakasanaan pembelajaran, guru harus dapat menciptakan situasi belajar men

ngarah pada kondisi belajar yang menyenangkan,harus dapat menciptakan kondisi be

lajar yang tidak membosankan bagi siswa dan memilih metode serta teknik , agar sis

wa mudah menyerap materi pelajaran yang disampaikan. Disinilah peran guru selaku

innovator pembelajaran, mau mengubah kebiasaan-kebiasaan yang bertarap gaya la-

ma kearah gaya yang dianut oleh paham baru,seorang guru harus paham, berkemauan

menumbuhkan inovasi pendidikan termasuk pembelajaran.

Guru selain mengajar di dalam kelas, juga berkewajiban mendidik kearah kedewa

saan anakagar anak mempunyai moralitas tinggi, dapat mengembangkan dirinya sesu

ai dengan norma, baik norma agama norma susila maupun norma yang menjdi tujuan

negara kita. Hal ini secara sepintas dirasa berat jika guru tersebut belum sadar terha

dap pentingnya inovasi pendidikan. Seorang guru dituntut oleh harapan-harapan ma

syarakat bahwa anaknya yang mengikuti pendidikan memperoleh pengetahuan yang

tinggi berwawasan yang luas mampu menghadapi ber kompotitip di eraglobalisasi

serta tumbuh dewasa yang dapat membangun dirinya bangsa dan Negara. Hal ini me

rupakan tantangan bagi guru yang tidak sadar akan pentingnya inovasi.


18.

2.11. Proses Depusi Inovasi

Rogers menyebutkan ada empat unsur dari proses komunikasi ini meliputi: 1) ino
vasi itu sendiri,2) seorang individu atau unit adopsi lain yang mempunyai pengetahuan
atau pengalaman dalam menggunakan inovasi,3) orang lain atau unti adopsi lain yang be-
lum mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi,dan 4) salur-an komunikasi yang menghubungkan dua unit tersebut( Suherli :2010: 78).

Dari pendapat di atas bahwa pertukaran ide baru dari yang berpengalaman inovasi

kepada yang belum berpengalaman, dalam hal ini di lembaga SDN 3 Sadewata baik,kepa

la sekolah , guru maupun komite sekolah rata-rata belum berpengalaman menumbuhkan

inovasi pendidikan yang sesuai dengan tiori inovasi , baru sampai pada perubahan yang

menuju perubahan seadanya sesuai dengan pengetahuan pembaharuan yang ada. De

ngan adanya mata kuliah Manajemen Inovasi Pendidikan, maka penulis mau mencoba

memaparkan program inopasi khususnya proses depusi Inovasi pendidikan SDN 3 Sade

wata.

Seluruh stap karyawan mengetahui program yang akan dilakukan , agar dapat me

wujud kerjasama saling tukar pengalaman terhadap rencana yang akan dilakukan secara

bersama dan kesepakatan,persamaan tujuan, parsamaan langkah merupakan hal yang sa-

ngat penting , karena komunikasi inilah yang merupakan awal yang harus dipahami betul

oleh semua pelaku inovasi pada lembaga tersebut.

2.11 Difusi Inovasi dalam Pendidikan

Dalam era globalisasi sekarang ini banyak tuntutan yang dihadapi para pendidik. Ba

ik segi administrasi,proses pembelajaran, menode yang digunakan,maupun mutu produk

lulusan yang harus siap berkompetisi memasuki dunia pendidikan yang lebih tinggi. Me-

mang berat dirasakan oleh guru di eraglobalisasi ini,jika dilakukan tidak dengan sadar me

19.

numbuhkan rasa tanggung jawab terhadap tugas yang di pikulnya . Dalam era globalisasi

ini tuntutan sumber daya sangat tinggi, karena dengan kemampuan menyesuaikan diri

pada maka akan dapat menekan tantangan khususnya dikalangan pendidikan.

Era Globalisasi, ditentukan pula oleh sumberdaya manusia yang memilik karak-
teristik sebagai berikut ;
1) Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru.
2) Siap menghadapi perubahan social.
3) Memiliki pandangan luas.
4) Memiliki dorongan rasa ingin tahu.
5) Berorientasi pada masa sekarang dan masa yang akan datang.
6) Berorientasi pada perencanaan.
7) Mempercayai perhitungan secara manusiawi.
8) Menghargai keterampilan teknik dan menggunakannya sebagai imbalan.
9) Berwawasan pendidikan dan pekerjaan.
10) Menyadari dan menghargai kemulyaan orang lain.
11) Memahami perlunya produksi. ( Suherli,2010: 86)

Berdasarkan pemaparan di atas, banyak tuntutan bagi manusia yang hidup diabad mo

deren ini. Guru adalah manusia yang patut digugu dan di tiru, yang “digugu “oleh masya

kat dan ditiru oleh masyarakat adalah Implementasi karateristik yang dipaparkan di atas.

Dengan demikian patutlah guru memiliki nama “ guru inovatif”.
















20.


BAB III

PEMBAHASAN MASALAH


Dengan diberlakukanya KTSP,responsive para guru khususnya guru SDN 3 Sade

wata sangat tinggi implementasinya selalu muncul disetiap pelaksanaan proses , namu da

lam bidang tertentu, ada hambatan yang selalu muncul, hasil pembelajaran,selalu rendah,

padahal tiap kegiatan dilakukan sesuai dengan rencana . Hal ini karena adanya keterbatas

san dan ketidak sediaan saran dan prasarana antara lain :

1) Belum adanya sarana olah raga yang memadai

2) Gedung/bangunan masih kondisi tradisional dan menghawatirkan.

3) Ruang perpustakaan belum ada.

4) Kirmir halaman masih berserakan.

Keempat hal tersebut akan sangat mengganggu pada pelaksanaan proses belajar

mengajar yang efktif dan efesien, walaupun antusias para guru sangat tinggi.

Untuk hal tersebut , maka perlu adanya rencana inovasi baik proses pembelajaran,

maupun pengadaan sarana dan prasarana pembelajaran.

Untuk mewujudkan hal tersebut di atas , jelas perlu adanya upaya inovasi di bi-

dang- bidang ketersediaan sarana prasarana yang mengarah terwujudnya peningkatan mu

tu hasil pembelajaran tinggi. Untuk mengatasi hal ini perlu adanya rencana inovasi de-

ngan cara :

1) Mewujudkan sarana Olah raga yang memadai.

2) Renovasi ruangan/gedung sekolah agar menimbulkan kenyaman dalam pelak-


21

sanaan pembelajaran yang PAKIEM.

3) Mendidrikan ruang perpustakaan.

4) Membangun kirmir halaman agar lingkungan sekolah tertata dengan rapih se-

suai dengan program K 3.


Dilihat dari renana inovasi tersebut, kami kepala sekolah guru-guru mengadakan

rembukan bersama mebahas cara-cara mewujudkan rencana, hasil pembahasan disepaka

ti sebagai berikut :

1) Awal tahun ajaran mengkaji visi dan misi sekolah.

2) Mengkaji renstra jangka pendek,jangka menengah dan ajngka panjang.

3) Menyusun APBS dengan skala prioritas.

4) Rencana meraih sponsor untuk mengatasi kekuranagan dana

5) Meperdayakan komite sekolah.

6) Sosialisasi Rencana inovasi.

7) Menyusun rencana monev kegiatan.

Dari ke tujuh kesepakan tersebut kami sosialisasikan kepada komite sekolah dan

menunggu respon yang positif pada saat itu. Dalam arti tidak mengaret karena program

ini perlu diwujudkan dengan segera.

Selain itu kami sepakat mensosialisasikan program ini disetiap pertemuan, baik

dalam pertemuan pengajian ibu-ibu mingguan, waktu jum at bapak-bapak, dan forum khu

sus orang tua siswa dilakukan oleh komite sekolah. Hal ini rencana harus terwujud dalam

kurun waktu 3 tahun.


22.

Sesuai ketentuan waktu dalam kesepakatan, maka tahun pertama yakni pada

tahun 2008 telah terwujud sarana olah raga berupa lapangan olah raga ,volley ball

untuk putra dan putrid dan sekaligus sebagai sarana upacara dipergunakan pula se

bagai saran bulu tangkis dan sepak takraw dan sepak bola mini.

Dana yang diperoleh dari :

1) Simpatisan orang tua : Rp. 7.000.000 ( tujuh juta rupiah)

2) Dari alumi sebesar : Rp. 2.000.000( dua juta rupiah )

2) Dari pengusaha berupa matrial : dinilai uang Rp .1.000.000 ( satu juta rupiah)

Ukuran pembangunan sarana tersebut 13 x 8 m = 104 m 2.

Dengan terwujudnya sarana tersebut, maka peningkatan mutu belajar siswa khu-

sus bidang olah raga menunjukan skala kemajuan , dalam kompotisi olah raga sepak

bola antar gugus menjelang OOSN tingkat kabupaten meraih juara pertama ,untuk Tk

kecamatan hanya juara 3. dan satu orang stiker terbawa tingkat kabupaten .

Aktifitas siswa dalam latihan olah raga dengan sarana tersebut sangat tinggi,factor

penunjang sarana memang sangat menentukan tumbuhnya kreaktifitas siswa, secara

logis memang dengan sarana tersebut, walaupun hujan tidak becek ,selalu kering , se-

hingga siswa ,dan kehawatiran orang tua teratasi.

Tidak begitu berat dan sulit bagi SDN 3 Sadewata menyampaikan program ber-

mutu kepada masyarakat dan orang tua siswa, yang terpenting program terebut disosi-

lisasikan secara tranparant, dan penggunaannya juga sesuai program, pelaksanaannya

diketahui masyarakat,diakhiri dengan laporan yang tranparan serta manfaatnya terlihat

oleh masyarakat.

23.
Awal tahun 2009 sekolah mengajukan kebutuhan untuk sarana kirmir batas seko-

lah dan gapura, dengan respon baik, dan membuka pemasukan donator , siapa yang

mau menyumbang dan memperbaiki, mewujudkan keindahan SDN 3 Sadewata.

Dalam waktu satu bulan ,kami segenap karyawan dan komite terus melakukan pe-

nerangan, sosialisasi, ditiap pertemuan, pengajian bulana, pengajian mingguan. Selain

itu kami lakukan pendekatan para ulama tokoh agama , agar hendaknya mau membantu

program tersebut.

Dengan dukungan dari berbagai pihat pada bulan September 2009 sembilan telah

mulai membangun kirmir(balay) sebelah utara sepanjang 15 m + 8 m dan tinggi 2,5 m

serta gapura lebar 2m tinggi 2,5m . Dana diperoleh dari sumbngan orang tua siswa,

tokoh masyarakat serta para dermawan yang ada di kota berasal dari dusun yang ber-

sangkutan. Dalam hal ini pihak sekolah dalam pelaksanaan pembangunan hanya meng-

awasi terima hasil pekerjaan segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan, matri-

al, upah kerja dikelola oleh pihak komite sekolah.

Pada akhir bulan September 2009 pihak sekolah menerima hasil pekerjaan berupa

bangunan kirmir( balay) dan gapura walaupun gapura belum seratus persen selesai.


Pada tahun Pelajaran 2009/2010. Ada program pemerintah tentang pembangunan

sarana gedung dan mobelier yang didanai oleh Dana Alokasi Khusus (DAK). Dengan

adanya program tersebut, kami segenap karyawan, beserta komite sekolah serta tokoh

masyarakat SDN 3 Sadewata berempuk dan bermusyawarak untuk mengajukan propo-

sal pada pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu serta kualitas bangunan, karena

bangunan SDN 3 Sadewata keberadaanya sangat menghawatirkan , para orang tua juga

24.

guru sangat khawatir, apalagi bila hujan turun atap bocoh, sehingga suasan belajar tidak

tenang . Keberadaan meja kursi siswa sudah tidak layak pakai , dengan demikian sua-

nama belajar makin terganngu, keluhan –keluhan ini disampaikan kepada orang tua dan

komite, sehingga antusias orang tua untuk mengajukan proposal terhadap pemerintah

dalam program DAK , sangat tinggi.

Alhammdulillah dari pengajuan proposal pada bulan oktober turun SK. Pemba-

bangunan gedung SDN 3 Sadewata termasuk mobulernya sebanyak 4 lokal dengan dana

fisik bangunan Rp. 250.000.000 dua ratus lima puluh juta) dan fisik mebuler 30.000.000

(tiga puluh juta ).

Pada bulan Desember 2009 pembangun renopasi genung SDN 3 Sadewata selesai

dengan wujud bangunan yang megah , layak dengan sekolah –sekolah lain pada umum

nya walaupun berada daerah pegunungan nun jauh dari perkotaan , bangunan sekolah

berdiri dengan kokoh karena diperkuat dengan tulang besi tahan gempa. Dengan kondi

si bangunan yang kuat dan indah disertai saran mobuler yang baru, keberadaan siswa da

lam belajar semakin semangat begitu pula para guru dalam melaksanakan proses belajar

mengajar. Inovasi pembelajaran sudah mulai tampak dalam suasana kenyaman di dalam

kelas, dan kebersihan bagi anak pun mulai tampak terbawa arus suasana lingkungan.

Tahun 2010 SDN 3 Sadewata sedang mengusulkan pengadaan gedung perpustak-

an , mudah-mudahan berhasil , karena sarana perpustakan sangat menunjang terwujud-

nya inovasi pembelajaran, dengan saran perpustakaan yang memadai, maka motivasi

membaca bagi siswa semakin tinggi, membaca pada suasana yang sejuk dan lingkung-

an yang mendukung akan menunjang pada konsentrasi menimba ilmu dari hasil bacaan.

25.

Secara detail rencana inovasi pembangunan saran prasana dan peningkatan mutu

Sekolah SDN 3 Sadewata sebagai berikut :

1). Tahun 2008 : a)Pengerasan lapanagan olah raga volley ball.

b)Pengerasan lapangan bulu tangkis.

c)Pengerasan lapangan takraw.

2) Tahun 2009 : a) Renovasi gedung sekolah

b) Pengerasan kirmir

3) Tahun 2010 : a) Rencana pembangunan perpustakaan.


Proses Defusi Inovasi dalam dunia pendidikan di SDN 3 Sadewata.

1. Komunikasi pihak sekolah dengan komite sekolah ,tokoh masyarakat, tokoh agama

tentang program peningkatan kualitas/mutu pendidikan agar tiap tahun ada pening-

katan khususnya bidang olah raga dan kesehatan lingkungan dalam jangka 3 tahun

ke depan. Hal ini melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1) Bersama komite dan tokoh masyarakata,agama menyusun rencana prioritas,

2) Publikasi kepada masyarakat,orang tua siswa tentang rencana prioritas dari;

a) Komite.

b) pihak sekolah dalam setiap forum pertemuan.

c) Target waktu dibuat paten/tetap.

d) Pengajuan proposal dan format donator bagi seponsor.

2. Menindaklanjuti rencana sesuai dengan kurun waktu .

3. Monitoring Evaluasi.


26.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN



4.1 Kesimpulan


Kualitas hasil belajar siswa secara kuantitatif dapat meningkat bila ditunjang oleh

sarana dan prasarana yang memadai, kemampuan guru yang ditunjang oleh kualifikasi

yang memadai akan mewujudkan pemilihan strategi, meteda dan teknik yang tepat dalam

pelaksanaan proses belajar mengajar di dalam kelas, selain itu adanya kemauan warga se-

kolah ,komite sekolah untuk berinovatif.

Ketidak majuan suatu lembaga pendidikan banyak ditimbulkan berbagai factor,

Antara lain factor ketidak tepatan penerapan manajemen mutu pendidikan pada lembaga

tersebut, juga tidak adanya kesadaran dikalangan para pendidik termasuk kepala sekolah,

para siswa dan komite sekolah untuk mau berinovatif. Padahal jika program inovatif di

terapkan secara benar pada suatu lembaga pendidikan sesuai dengan proses dipusi inovasi

maka lembaga tersebut akan mewujudkan pemunculan perubahan, tidak hanya berjalan

di tempat.

Program inovasi dilakukan dilakukan disuatu lembaga,sesuai dengan proses depu-

si inovasi ,maka lembaga tersebut akan mampu berkompotitif di era globalisasi ini, akan

lebih ngetren dalam dunia pendidikan masa kini dan masa yang akan datang.



4.2 Saran

Akar permasalahan yang ditemukan pada suatu lembaga pendidikan hendaknya di

27.
bahas dan dicari solusi untuk pemecahan masalahannya. Mengadopsi informasi baru dan

tidak meninggalkan yang telah ada dan berjalan dengan baik.

Disamping itu mengingatkan kepada suatu lembaga pendidikan sebagai unit pelak

pendidikan forma, hendaknya terdepan dengan berbagai keragaman potensi siswa yang

menerima layanan pendidikan beragam, kondidsi lingkungan yang berbeda. Maka seko-

lah harus dinamis,inovatif ,kreatif dalam melaksanakan peranannya.

Lembaga pendidikan harus mampu menerjemahkan dan menangkap esensi kebi-

jakan makro pendidikan serta memahami kondidsi lingkungan, untuk kemudian melalui

perencanaan sekolah harus mempormulasikan ke dalam kebijakan mikro dalam bentuk

program inovasi melalui proses dipusi inovasi pendidikan yang harus dilaksanakan dan

di evaluasi oleh yang lembaga yang bersangkutan sesuai dengan visi dan misi yang telah

ditetapkan.






















28.

DAFTAR PUSTAKA



Suherli,Manajemen Inovasi Pendidikan ( Bahan perkuliahan,2010)

Nasution,Manajemen Mutu Terpadu ( Jakarta,GHALIA 2001)

Departemen Pendidikan Nasional, Dewan pendidikan dan komite sekolah(2002)

Suherli, Hond out Educational Inovations (Pertemuan 2,3)

Rusman, 2008 Manajemen kurikulum,( PT Raja Grafindo Persada Jakarta)

































KATA PENGANTAR


Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan karuni

Nya kami dapat menyusun proposal ini.

Makalah ini merupakan langkah untuk meningkatkan informasi pengalaman dan

diaplikasikan dalam lingkungan kerja lembaga pendidikan.

Pada kesmpatan ini kami menyampaikan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof.Dr.H. Suherli Kusmana M.Pd selaku dosen Mata Kuliah “ Manaje

Inovasi Pendidikan.

2. Karyawan Lembaga SDN 3 Sadewata Kec.Lumbung.

3. Kepada pihak –pihak sekolah yang telah membantu dan bekerja sama dalam

Penyususnan makalah ini.

Makalah ini mengharapakan adanaya pengembangan inovasi di setiap lembaga

Pendidkan karena inovasi pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap lembaga ,se

hingga lembaga tidak berjalan di tempat.

Kami menyadari makalah ini jauh dari sempurna ,oleh karena itu kami sangat

mengharapakan kritik dan saran untuk perbaiakan di masa yang akan datang.

Mudah-muadahan makalah yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi

dunia pendidikan.


Ciamis, 2010

Penyusun


!


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR…………………………………………………….. !

DAFTAR ISI……………………………………………………………… !!

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 1

BAB II LANDASAR TEORI

2.1 Pengertian Inovasi……………………………………………… 6

2.2 Pengertian Inovasi Pendidikan………………………………… 7

2.3 Sumber Terjadinya Inovasi……………………………………. 8

2.4 Pengaruh Inovasi………………………………………………. 11

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inovasi…………………… 12

2.6 Pengertian Mutu Pendidikan………………………………….. 13

2.7 Perkembangan Manajemen Mutu…………………………….. 14

2.8 Pengertian Proses Difusi……………………………………… 15

2.9 Komunikasi Dalam Inovasi…………………………………… 17

2.10 Pranan Guru Dalam Program Inovasi……………………….. 18

2.11 Proses Depusi Inovasi……………………………………….. 19

BAB III PEMBAHASAN MASALAH…………………………………... 21

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan…………………………………………………… 27

4.2 Saran………………………………………………………….. 27

DAFTAR PUSTAKA
BLOG
BIO DATA
!!

BIO DATA PENULIS

Endi Kurniawan adalah Kepala SDN 3 Sadewata UPTD Pendidikan Kecamatan

Lumbung , dilahirkan di Ciamis tepatnya di Dusun Ciledug Desa Sadewata Kecamatan

Lumbung pada tanggal, 16 Mei 1960 merupakan anak ke tiga dari tiga saudara pasangan

ayah Tarhudi dan Ibu Uminah.

Riwaya pendidikan formal yang ditempuh dari SDN Sukamulya tamat tahun

1972. SMP Pertiwi Cilimus lulus 1976 , SPG Negeri Kuningan lulus tahun 1982. Diang

kat menjadi PNS pada tahun 1984 , ditugaskan di SD Negeri Mentengsari Kecamatan Ci-

kalong kulon Kabupaten Cianjur. Pada tahun 1988 mutasi ke SD Negeri Sukamulya Ke-

mantren Lumbung Kecamatan Panwangan Kabupaten Ciamis. Pada 24 Desember 2007

mendapat tugas tambahan selaku kepala SD Negeri 3 Sadewata sapai saat ini. Lulus seti-

fikasi guru pada tahun 2007.

Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan menempuh sekolah di STKIP Ga-

luh Ciamis dengan jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, lulus tahun 1995.

Saat ini penulis sedang menempuh S2 di program Pasca Sarjana Universitas

Galuh Ciamis. Penulis tinggal di Dusun Ciledug Desa Sadewata Kecamatan Lumbung

Kabupaten Ciamis.